PEMBAHASAN
A.
Pengetahuan
dan Ukuran Kebenaran
1. Definisi
Pengetahuan
Paul
Edwards dalam bukunya The Encyclopedia of
Philosophy menyatakan bahwa secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yaitu knowledge. Didalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge
is justified true belief)[1].
Sedangkan secara terminologi, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat
menyatakan pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.[2]
Dalam
Kamus Filsafat yang ditulis oleh Loren Bagus dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa
ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) didalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.[3]
Ada sebagian
ahli yang berpandangan bahwa pengetahuan
dengan ilmu tidaklah berbeda. Pengetahuan bagi mereka tidak ubahnya
sebagai ilmu, sehingga ilmu dengan pengetahuan tidak berbeda. Sebagian lagi
memahami bahwa pengetahuan berbeda dengan ilmu atau ilmu pengetahuan atau
pengetahuan ilmiah. Sebagaimana dinyatakan
M. Thoyibi, pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a higner level’ dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti
umum sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut
Amsal Bakhtiar, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.[4]
Pengetahuan
pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya
seperti seni dan agama. Bahkan seorang anak kecil pu telah mempunyai berbagai
pengetahuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasannya. Pengetahuan
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut
memperkaya hubungan antar manusia. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan
manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.[5]
2. Jenis-jenis
Pengetahuan
Beranjak
dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di
dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Burhanuddin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada
empat, yaitu:
Pertama,
pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense, dan sering
diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang
itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan
ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science.
Dalam pengertian yang sempit science diartikan
untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.
Ketiga, pengetahuan
filsafat, yakni pengetahuanyang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan
kritis, sehingga ilmu yang tadinya kakudan cenderung tertutup menjadi longgar
kembali
Keempat, pengetahuan
agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusan-Nya. Pengethauan
agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan
mengandung beberapa hal pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan
Tuhan, yang sering juga disebut dengan vertikal dan cara berhubungan dengan
sesama manusia, yang sering disebut dengan hubungan horizontal.[6]
Jenis-jenis
pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato dan Aristoteles. Plato
membagi pengetahuan menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan sesuai dengan
karakteristik obyeknya. Pembagiannya adalah:
a. Pengetahuan Eikasia (khayalan).
Tingkatan
yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang obyeknya
berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang
berpengatahuan. Pengetahuan dalam tingkatan ini misalnya seseorang yang
menghayal bahwa dirinya pada saat tertentu mempunyai rumah yang mewah, besar
dan indah serta dilengkapi kendaraan dan lain-lain sehingga khayalannya ini
terbawa mimpi. Di dalam mimpinya itu ia betul-betul merasa mempunyai dan
menempati rumah itu. Apabila seseorang itu dalam keadaan sadar dan menganggap
bahwa khayal dan mimpinya itu betul-betul berupa suatu fakta yang ada dalam
dunia kenyataan.
b. Pengetahuan Pistis (substansial)
Satu
tingkat di atas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diinderai secara langsung. Obyek pengetahuan
pistis biasa disebut zooya oleh karena demikian itu isi pengetahuan semacam ini
mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau
kepastian subyektif) dan pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran apabila
mempunyai syarat-syarat cukup bagi suatu tindakan mengetahui; misalnya
mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan normal serta indera yang normal.
c. Pengetahuan Dianoya (Matematik)
Pengetahuan
dalam tingkatan ketiga adalah pengetahuan dianoya. Plato menerangkan tingkat
pengetahuan ini ialah tingkat yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya
terletak pada fakta atau obyek yang tampak tetapi juga terletak pada bagaimana
cara berpikirnya. Contoh yang dituturkan oleh Plato tentang pengetahuan ini
ialah para ahli matematika atau geometri, dimana obyeknya adalah matematik
yakni suatu yang harus diselidiki dengan akal budi dengan melalui
gambar-gambar, diagram kemudian ditarik suatu hipotesa. Hipotesa ini diolah
terus hingga sampai pada kepastian. Dengan demikian dapat dituturkan bahwa
bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak
berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah lus, isi, jumlah,
berat yang semata-mata merupakan suatu kesimpulan dari hipotesa yang diolah
oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
d. Pengetahuan Noesis (Filsafat).
Pengetahuan
tingkat tertinggi disebut Noesis, pengetahuan yang obyeknya adalah arche ialah
prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama
ini biasa disebut “IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah
hampir sama dengan pengetahuan pikir tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan
gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak. Tujuannya
adalah untuk mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya adalah hal-hal yang
berupa kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Menurut Plato cara berpikir untuk
mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan
metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna
yang biasa disebut Episteme. (Abbas Hamami M)[7]
3. Hakikat
Pengetahuan
Dapat dikatakan menjadi
pengetahuan apabila terdapat usaha didalamnya, sebab pengetahuan sendiri itu
merupakan hasil reaksi manusia sendiri atas obyek yang dia lihat, kalau obyek
tersebut dilihat semata maka menjadi pengalaman, dan apabila obyek tersebut
dilihat dengan cara ilmu melihat maka akan menjadi ilmu pengetahuan. Sehingga
usaha yang dilakukan secara nonilmiah menghasilkan pengetahuan (knowledge), dan
bukan science. Sedangkan melalui usaha yang bersifat ilmiah menghasilkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Dengan demikian secara umum
hakikat pengetahuan dapat kita pahami sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense).
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori
metode ilmiah. Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia
mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa contoh pengetahuan non ilmiah ialah
sebagai berikut:
1) Semua mata air memiliki penunggu.
2) Burung gagak yang berkeliaran di atas rumah
seseorang menandakan kematian.
3) Anjiing yang melolong panjang di malam hari
sedang melihat makhluk halus.
4) Mereka yang memiliki gigi depan yang jarang,
tak bisa dipercaya.
5) Perempuan yang memiliki tahi lalat persis di
tengah dada akan menyusahkan pasangannya kelak.[8]
b.
Pengetahuan
ilmiah.
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil
pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan
ilmiah adalah suatu pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah
mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu
metodologi ilmiah. Pengetahuan noesis (filsafat).
Contoh pengetahuan ilmiah ialah ketika seorang
dokter mendiagnosis penyakit pasiennya, maka dokter tersebut akan terlebih
dahulu melakukan tindakan medis yang bersifat ilmiah untuk mengetahui penyakit
apa yang telah dialami oleh pasiennya tersebut.
c.
Pengetahuan
Noesis (filsafat).
Pengetahuan yang
tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling
hakiki. Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang
mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika atau pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang
mencakup epistemo-logik dan metafisik, ontologi dan aksionlogi.
d.
Pengetahuan agama.
Definisi
pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya.
Menjadi tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan perpegang pada kitab
yang dipegang para pemeluknya.[9]
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya
adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun
pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta
yang ada di luar akal. Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan,
yaitu:
a. Realisme. Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam.
Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada
di alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
dalam akal adalah dari yang asli yang ada diluar akal. Hal ini tidak ubahnya
seperti gambaran yang terdapat dalam sebuah foto. Dengan demikian, relisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan.
b. Idealisme. Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu,
pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif bukan
gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang
mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu,
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang
diberikan hanyalah gambaran menurut pendapat atau pengelihatan orang yang
mengetahui.[10]
4. Sumber
Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki
pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat
apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang bagaimana proses
terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat diperoleh melalui
cara pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh melalui
pendekatan apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui proses
pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra maupun pengalaman
batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan
aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui informasi dari orang
lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang ada pada kita
diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber
pengetahuan tersebut.[11]
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
a. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para Nabi. Para Nabi
memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa
memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak
Tuhan semesta. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai
kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup
masalah transendental. Kepercayaan ini yang merupakan titik tolak dalam agama
lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.[12]
b. Empirisme
Menurut aliran ini, manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran pengetahuan hanya
didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan manusia itu dapat
diperoleh melalui pengalaman yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang
terjadi dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui
pancaindra manusia. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan
dua hal, yakni kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide
(ideas). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima
dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide
adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan
merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari
pengalaman. Berdasarkan teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi.
Sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh
dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas
ide yang kabur.[13]
c. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Fungsi panca indera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyaa dan akalnya
menghubungkan data-data itu dengan yang lain.
d. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah
hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi adalah suatu pengetahuan
yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi
sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena
itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi
dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa
bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran.[14]
[1]Amsal Bakhtiar, Filafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 85
[4]A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
46-47
[5]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet. Ke XIV, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2013) , hlm. 104
[6]Amsal Bakhtiar, Op.,Cit hlm. 86-88
[7]Surajiyo
dan Sriyono, “Struktur Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Ilmiah Ilmuwan”, e-journal universitas Indraprasta PGRI
Jakarta, 08 April 2017, hlm. 12-13. https://journal.lppmunindra.ac.id. Diakses pada Kamis 09 Mei 2019 pukul 23.31
WIB.
[9]Achmad Choirul Umam, Hakekat Pengetahuan (Definisi, Jenis, Hakekat dan Sumber), hlm. 6-7. https://www.academia.edu. Diakses pada
Jum’at 10 Mei 2019 pukul 00.19 WIB.
[10]Malinda Wani Septi dan Mila
Mahara, Hakikat Pengetahuan, https://www.academia.edu. Diakses pada Jum’at 10 Mei 2019 pukul 01.34
WIB
[11]Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Rosda Karya,
2003), hlm. 90
[12]A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 77
[13]J, Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar
Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Filsafat, 2002.), hlm. 130
[14]Suwardi
Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:
CAPS, 2012), hlm. 55